MAKALAH
Dinsati Safawi
Disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
INSTITUT K.H.ABDUL CHALIM
Desa Bendungan
Jati,Pacet Mojokerto
Tahun 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ada beberapa kerajaan atau dinasti islam zaman dahulu yang
sangat berpengaruh dalam peradaban islam saat ini,setelah kepemimpinan para
khalifah usai dan di setiap negara bermunculan berbagai kerajaan islam salah
satunya yang akan kita bahas dalam makalah ini.
Ada beberapa dinasti islam yang muncul sejak jatuhnya
Baghdad pada tahun 1258 M. ke tangan Bangsa Mongol yang mengakhiri
kepemerintahan Bani Abbasiyah yang juga merupakan awal masa kemunduran politik
dan peradaban Islam. Kekuasaan Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil yang satu sama
lain saling mengalahkan. Kondisi politik umat Islam secara keseluruhan nanti
mengalami kemajuan kembali setelah terbentuknya tiga kerajaan besar yaitu :
Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India.
Ketiga kerajaan tersebut sama penting berpengaruhnya pada
peradaban islam saat itu,termasuk Kerajaan Syafawi di Persia,yang mampu
mempersatukan negara Persia menjadi negara yang independent, meskipun pernah
jatuh pada tahun 1736 namun mampu bangkit kembali dan pada puncak kejayaannya,
wilayah Safawiyyah meliputi Iran, Azerbaijan, Armenia, sebagian besar Irak,
Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian Pakistan, Turkmenistan dan Turki.
Safawiyyah merupakan salah satu negeri yang sangat berpengaruh bagi
islam,karena negeri tersebut tempat berkembangnya ajaran Syi’ah,dan
menjadikannya ajaran resmi negara.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah pendirian
Dinasti Safawi.
Berawal dari masuknya Islam ke Persia pada
zaman Abu bakar yang berhasil menaklukkan Qadisiah, ibu kota dinasti Sasan (637
M), bagian kecil dari Sasaniah yaitu Baduspaniah bertahan hingga abad 16
Masehi. Di samping itu sebelum Syafawi , di Persia terdapat kerajaan lokal
(distrik) yang berada di bawah dinasti-dinasti yang lebih besar, hingga menjadi
kekuasaan yang lebih besar seperti dinasti Saljuk, Tabaristan, Rawadiah,
Thahiriyah, Safariyah, dan Buwaihi. Di masa Timur Lenk wilayah tersebut bernama
dinasti Timuriah (1370-1506) sepeninggalannya (1405) Timuriah pecah menjadi dua
, dipimpin oleh Ulugh Bek (1404-1449 M) dan Sultan Husen. Dinasti ini tidak
stabil karena Mongol dan Turki campur tangan, oleh karena itu, kelompok yang
tidak puas mencoba melakukan gerakan-gerakan. Salah satunya adalah gerakan
tarekat Syafawi yang dipimpin oleh Syaikh Syafi’ al Din (1252-1334
M)[1]
Pada awalnya gerakan tarekat safawi ini adalah
bertujuan untuk memerangi orang-orang yang ingkar. Kemudian memerangi golongan
yang mereka sebut ahli-ahli bid’ah. Suatu ajaran yang dipegang secara fanatik
biasanya kerap kali menimbulkan keinginan di kalangan para penganut ajaran itu
untuk berkuasa. Karena itu lama-kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah
menjadi tentara yang terorganisir, fanatik dalam
kepercayaan dan menantang setiap orang yang bermazhab berbeda atau selain mereka.
Kecenderungan memasuki dunia politik itu dapat
terwujud pada masa kepemimpinan Juned (1447M-1460M). Safawi memperluas
gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan.
Perluasan wilayah ini menimbulkan konflik dengan Karo Koyunlu dan Juned kalah,
akhirnya dia diasingkan ke suatu tempat. Ditempat itu dia mendapatkan
perlindungan dan bantuan dari para penguasa Diyar Bakr, Ak-Koyulu. Selama dalam
pengasingan, Juned menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik
dengan Uzun Hasan. Juned juga berhasil mempersunting sepupu Uzun
Hasan dan memiliki Putra bernama Haidar. Kemudian Juned terbunuh
pada saat mencoba merebut Sisilia[2].
Haidar
menggantikan ayahnya dalam memimpin Syafawi sebagai sebuah kekuatan politik dan
militer. Dalam melanjutkan hubungan dengan Uzun Hasan tidak cukup sampai
pernikahan ayahnya dengan Adik Uzun Hasan saja, bahkan Haidar menikahi salah
satu putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini melahirkan tiga orang
putra Ali, Ibrahim dan Ismail[3]
Kemenangan Ak Koyunlu tahun 1476 terhadap Kara
Koyunlu memandang gerakan Syafawi yang dipimpin Haidar sebagai rival
politik bagi AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Karena itu ketika
Syafawi menyerang wilayah Sircassia dan Sirwan, AK Koyunlu malah
mengirimkan bantuan militer untuk membantu Sirwan sehingga pasukan
Syafawi kalah dan Haedar terbunuh. Inilah mulanya perpecahan antara
dua sekutu Syafawi dan Ak Koyunlu.
Ali,
putra Haidar dintuntut pasukannya untuk menuntut balas atas kematian Haidar.
Tetapi Ya’kub, pemimpin Ak Koyunlu berhasil menangkap Ali bersama saudaranya
Ibrahim dan Ismail serta ibunya di Fars selama empat setengah tahun
(1489-1493). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota AK Koyunlu, dengan
syarat mau membantu membebaskan sepupunya. Ali kembali ke Ardabil setelah
saudara sepupu Rustam dikalahkan. Namun selanjutnya Rustam berbalik memusuhi
Ali bersaudara yang menyebabkan kematian Ali (1494) dan digantikan oleh
adiknya Ismail, Ismail naik menggantikannya meski baru tujuh tahun. Ia
menyiapkan pasukannya yang dinamai Qizilbas h (Baret Merah) yang dibentuk oleh
ayahnya Haidar.
Di
bawah pimpinan Ismail pada tahun 1501 M berhasil mengalahkan Ak-Konyulu di
Sharur dan berhasil merebut ibu kotanya yaitu Tabriz dan di tempat itu dia
memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi (disebut Ismail I).
Ismail I berkuasa selama 23 tahun. Dalam waktu 10 tahun Ismail sudah mampu
memperluas kekuasannya hingga seluruh Persia.
Ismail
digantikan oleh anaknya Tahmasp I , Tahmasp merupakan pengganti Ismail
yang memang sudah dipersiapkan dan diunggulkan dari
saudara-saudaranya, karena beliau adalah putra tertua bahkan beliau
naik tahta pada hari yang sama saat ayahnya Isma’il I mangkat, padahal saat
itu Tahmasp masih berumur sepuluh tahun[4].
Tahmasp
memerintah selama 52 tahun, menjelang wafatnya Tahmasp
mengalami sakit keras, pada masa ini pasukan Qizilbas h terpecah menjadi dua
kubu, satu diantaranya kelompok yang memihak Ismail Mirza dan lainnya memihak
kepada Haidar Mirza. Dalam hal ini Tahmasp memilih Haidar Mirza putra ke
tiganya sebaga calon penggantinya. Namun Ismail melakukan penolakan dan
perlawanan pada saat penobatan Haidar menjadi khalifah(Syah)
hingga akhirnya Haidar terbunuh, dan Isma’il naik Tahta dengan gelar Isma’il
II.
Setelah
setahun menjabat , Isma’il wafat dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda Putra
pertama Tahmasp I atas penunjukan para pejabat Negara. Khudabanda menjabat
lebih kurang sepuluh tahun lamanya, kemudian digantikan oleh Syah Abbas I. Syah
Abbas I memerintah selama kurang lebih 41 tahun, selama pemerintahannya,
Syafawi berada pada tatanan yang penuh dengan kemajuan, perbaikan
urusan administrasi, diplomasi luar negeri dan lain-lain
Sebelum
Abbas I, Persaingan antara Syafawi dengan Turki Usmani selalu
terjadi, ditandai dengan perang yang berkepanjangan, peperangan dimulai sejak
kepemimpinan Ismail I (1501-1524 M), lalu Tahmasp I (1524-1576 M), Isma’il
(1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587) Akhirnya, Abbas I (1588-1628
M) melakukan perjanjian dengan Turki Usmani sehingga mengakhiri perang yang
biasanya terjadi.Secara umum di Zaman Syah Abas I terjadi stabilitas Negara dan
Perdamaian dengan Turki Usmani dan dinasti Moghul.[5]
Kepemimpinan Dinasti
Safawi.
Berikut urutan syah atau pemimpin Dinasti Syafawi yang dapat
kami kutip[6]:
Ismail I (1501-1524 M),
Tahmasp I (1524-1576 M),
Isma’il II(1576-1577 M)
Muhammad Khudabanda (1578-1587 M)
Abbas I (1588-1628 M).
Safi Mirza (1628-1642 M)
Abbas II (1642-1667 M)
Sulaiman (1667-1694 M)
Husain (1694-1722 M)
Tahmasp II (1722-1732 M)
Abbas III (1733-1736 M).
Kemajuan di massa
Dinasti Safawi.
Dinasti Syafawi dalam sejarahnya memiliki berbagai kemajuan
dalam berbagai bidang di antara beberapa pemimpinnya,dan mencapai puncak
keemasan pada waktu pemerintahan Syah Abbas I selama periode 1588-1628 M
dan menjadikan Syafawi seimbang dengan Kearajaan Turki Odmani :
Kemajuan dalam bidang Politik.
Tentara Qizilbas yang
pernah menjadi tulang punggung dinasti Shafawi yang besar, seiring waktu tidak
terlalu berpengaruh dalam bidang pertahanan dan keamanan, melainkan hanya
menjadi semacam tentara nonreguler yang tidak bisa diharapkan lagi untuk
menopang citra politik syah yang besar. Untuk itu dibangun suatu angkatan
bersenjata reguler. Inti satuan militer ini direkrutnya dari bekas tawanan
perang bekas orang-orang Kristen di Georgia dan Circhasia yang sudah mulai
dibawa ke Persia sejak Syah Tahmasab (1524-1576 M), mereka diberi gelar
“Ghulam”. Mereka dibina dengan pendidikan militer yang militan dan
dipersenjatai secara modern. Sebagai pimpinannya, Syah Abbas mengangkat
Allahwardi Khan, salah seorang dari Ghulam itu sendiri
Secara administrasi, struktur organisasi pemerintahan
Syafawi secara horizontal didasarkan
pada garis kesukuan/kedaerahan. Dan secara vertical mencakup dua jenis, yaitu
Istana dan Sekretariat Negara
Dalam hal kesukuan, Qizilbasy (suku Turki) merupakan
bangsawan Militer, Qizilbasy mendapat posisi strategis hingga masa Muhammad
Khdabanda (berakhir pada 1587 M). Suku Tajik memegang posisi di kementrian dan
Sekretariat Negara (sebagai dewan Amir yang meliputi Amir, wazir, sejarawan istana,
sekretaris pribadi syah, dan kepala intelijen), akuntan, pegawai administrasi,
pengumpul pajak dan administrasi keuangan, dan suku Persia menjabat sebagai
Sadr (ketua Lembaga Agama)[7]
Kemajuan dalam bidang Ekonomi.
Dalam bidang ekonomi terjadi perkembangan ekonomi yang pesat
setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan nama pelabuhan “Gumrun” akhirnya diubah
menjadi Bandar Abbas.
Sebagai pelabuhan utama wilayah ini mampu menjamin kehidupan
perekonomian Safawi. Hal ini dikarenakan bandar tersebut merupakan salah satu
jalur dagang yang strategis antara timur dan barat yang biasanya menjadi daerah
perebutan belanda Inggris dan Prancis.
Selain itu Safawi juga mengalami kemajuan sektor pertanian
terutama di daerah Bulan sabit subur (fortile crescent). Dalam masa ini juga
masyarakat sudah banyak malakukan budaya wakaf bagi harta-hartanya kepada ummat[8]
Kemajuan dalam bidang IPTEK.
Salah satu keunggulan dinasti Syafawi dibandingkan dengan
Turki Usmani adalah dibidang Ilmu pengetahuan, Syafawi lebih menonjol daripada Dinasti Turki Usmani,
khususnya ilmu filsafat yang berkembang amat pesat. Dalam bidang pendidikan
terutama untuk perkembangan mazhab Syi’ah didirikan sekolah teologi serta pusat
kajian Syi’ah di tiga kota, yaitu : Qum, Najaf, Masyhad.[9]
Kemajuan dalam bidang Sosial kemasyarakatan.
Pada zaman Khudabanda,ada kemajuan yakni adanya
bangunan baru berupa 48 perguruan dan beberapa pemandian yang di bangun.dan
kemudian Tahmasp ISyah Abbas berhasil membuat syafawi menjadi makmur dan
terhindar dari berbagai perang.
Kemunduran dan
Kehancuran Dinasti Safawi.
Di balik keemasaan dan kemajuan Dinasti Syafawi,ternyata
kerajaan ini juga mempunyai berbagai kemunduran yang menyebabkan kehancuran
dinasti ini.kehancuran ini di mulai sejak sepeninggalan Abbas I,dan para
penggantinya.
Banayak faktor yang mempengaruhi kehancuran dinasti
ini,salah satunya adalah peperanagan dan perebutan kekuasaan di dalam kerajaan
sendiri,selain itu juga disebabkan karena lemahnya kekuatan yang dari berbagai
pemimpin penerus Abbas I,Salah satunya adalah cucu dari Abbas I yaitu Safi
Mirza,kelemahannya adalah dengan sifatnya yang sangat kejam karena dia seorang
yang pecemburu,pada saat pemerintahannya lah Qandahara lepas dari kekuasaan
Syafawi yang di rebut oleh kerajaan Mughal yang di pimpin oleh Syeh Jihan dan
Baghdad yang di rebut oleh kerajaan Usmani[10].
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.
Dari berbagai tulisan atau bahasan yang kami tulis,kami akan
mencoba menyimpulkan berbagai hal yang menurut kami penting:
Nama Syafawi
dinisbatkan kepada tarekat Syafawi yah yang didirikan oleh Syekh
Safiuddin Ishaq (1252-1335M) di masa dinasti Ilkhan
Kepemimpinan tarikat
berlangsung secara turun temurun mengikut garis keturunan
Pemimpin kerajaan Syafawi
disebut Syah
Isma’l sebagai Pimpinan tarekat sekaligus sebagai Syah
pertama
Kmundutan Dinasti Syafawi di mulai dengan meninggalanya
Abbas I dan di gantikan cucunya Safi Mirza yang sejak itu dan seterusnya
dinasti ini mulai melemah yang berakibat hialangnya wilayah di tangan para
saingan seperti hilangya Baghdad yang jatuh di tangan Turki Usmani.
Perluasan Wilayah
Sebelah Utara : Transxsosani
Sebelah Selatan : Teluk Persia
Timur sampai Barat : Sungai Eufrat
Syafawi yang
merupakan rival bagi kerajaan Turki Usmani tetap diakui sebagai sebuah kerajaan
yang besar, hal ini dibuktikan dengan adanya kesepakatan damai yang terjadi
pada masa Abbas I dengan Turki Usmani,
ini mengindikasikan bahwa Syafawi memang
diakui keberadaannya dari Turki Usmani yang memang dari segi waktu muncul lebih
dahulu.
Saran.
Kami menyadari ada bebrbagai kekurangan dalam pembuatan
karya tulis ini,utnuk itu saran dari berbagai pihak snagat kami harapakan untuk
karya tulis yang lebih baik lagi di masa mendataang.
DAFTAR PUSTAKA
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung, Pustaka
Islamika, 2008)
Dicky Avellli A,
Makalah Tiga Dinast
MS Rizqi, Dinasti-dinasti kecil
Persia(http://msrizqi.blogspot.com/2009/04/dinasti-dinasti-kecil-persia.html)
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam (Jakarta, Raja Grafindo
Persada,2006)
Saeful Anwar,Peradaaban Islam Masa Dinasti Syafawi
Persia1501-1736 M,(http://file.upi.edu /Direktori/
B-FPIPS/MKDU/198111092005011-)
[1] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung, Pustaka
Islamika, 2008)
[2] Dicky Avellli A, Makalah Tiga Dinasti
[3] MS Rizqi, Dinasti-dinasti
kecil Persia(http://msrizqi.blogspot.com/2009/04/dinasti-dinasti-kecil-persia.html)
[4] Badri Yatim,Sejarah
Peradaban Islam (Jakarta, Raja Grafindo Persada,2006) hal 138
[5] Dicky Avellli A, Op cit
[6] Saeful
Anwar,Peradaaban Islam Masa Dinasti Syafawi Persia1501-1736
M,(http://file.upi.edu /Direktori/ B-FPIPS/MKDU/198111092005011-)
[7] Saeful
Anwar,Peradaaban Islam Masa Dinasti Syafawi Persia1501-1736
M,(http://file.upi.edu /Direktori/ B-FPIPS/MKDU/198111092005011-)
[8]
Saeful Anwar,Op Cit
[9]
Saeful Anwar, Lok cit
[10]
kemunduran-tiga-kerajaan-besar-utsmani-safawi-dan-mughal/
http://initialdastroboy.wordpress.com/2010/04/15/kemunduran-tiga-kerajaan-besar-utsmani-safawi-dan-mughal/