Wednesday, November 1, 2017

Dinasti Safawi



MAKALAH
Dinsati Safawi
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
INSTITUT K.H.ABDUL CHALIM
Desa Bendungan Jati,Pacet Mojokerto
Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Ada beberapa kerajaan atau dinasti islam zaman dahulu yang sangat berpengaruh dalam peradaban islam saat ini,setelah kepemimpinan para khalifah usai dan di setiap negara bermunculan berbagai kerajaan islam salah satunya yang akan kita bahas dalam makalah ini.
Ada beberapa dinasti islam yang muncul sejak jatuhnya Baghdad pada tahun 1258 M. ke tangan Bangsa Mongol yang mengakhiri kepemerintahan Bani Abbasiyah yang juga merupakan awal masa kemunduran politik dan peradaban Islam. Kekuasaan Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain saling mengalahkan. Kondisi politik umat Islam secara keseluruhan nanti mengalami kemajuan kembali setelah terbentuknya tiga kerajaan besar yaitu : Kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India.
Ketiga kerajaan tersebut sama penting berpengaruhnya pada peradaban islam saat itu,termasuk Kerajaan Syafawi di Persia,yang mampu mempersatukan negara Persia menjadi negara yang independent, meskipun pernah jatuh pada tahun 1736 namun mampu bangkit kembali dan pada puncak kejayaannya, wilayah Safawiyyah meliputi Iran, Azerbaijan, Armenia, sebagian besar Irak, Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian Pakistan, Turkmenistan dan Turki. Safawiyyah merupakan salah satu negeri yang sangat berpengaruh bagi islam,karena negeri tersebut tempat berkembangnya ajaran Syi’ah,dan menjadikannya ajaran resmi negara.


BAB II
PEMBAHASAN

Sejarah pendirian Dinasti Safawi.
Berawal  dari masuknya Islam ke Persia pada zaman Abu bakar yang berhasil menaklukkan Qadisiah, ibu kota dinasti Sasan (637 M), bagian kecil dari Sasaniah yaitu Baduspaniah bertahan hingga abad 16 Masehi. Di samping itu sebelum Syafawi , di Persia terdapat kerajaan lokal (distrik) yang berada di bawah dinasti-dinasti yang lebih besar, hingga menjadi kekuasaan yang lebih besar seperti dinasti Saljuk, Tabaristan, Rawadiah, Thahiriyah, Safariyah, dan Buwaihi. Di masa Timur Lenk wilayah tersebut bernama dinasti Timuriah (1370-1506) sepeninggalannya (1405) Timuriah pecah menjadi dua , dipimpin oleh Ulugh Bek (1404-1449 M) dan Sultan Husen. Dinasti ini tidak stabil karena Mongol dan Turki campur tangan, oleh karena itu, kelompok yang tidak puas mencoba melakukan gerakan-gerakan. Salah satunya adalah gerakan tarekat Syafawi  yang dipimpin oleh Syaikh Syafi’ al Din (1252-1334 M)[1]
Pada awalnya gerakan tarekat safawi ini adalah bertujuan untuk memerangi orang-orang yang ingkar. Kemudian memerangi golongan yang mereka sebut ahli-ahli bid’ah. Suatu ajaran yang dipegang secara fanatik biasanya kerap kali menimbulkan keinginan di kalangan para penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu lama-kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang terorganisir, fanatik dalam kepercayaan dan menantang setiap orang yang bermazhab berbeda atau selain mereka.
Kecenderungan memasuki dunia politik itu dapat terwujud pada masa kepemimpinan  Juned (1447M-1460M). Safawi memperluas gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan wilayah ini menimbulkan konflik dengan Karo Koyunlu dan Juned kalah, akhirnya dia diasingkan ke suatu tempat. Ditempat itu dia mendapatkan perlindungan dan bantuan dari para penguasa Diyar Bakr, Ak-Koyulu. Selama dalam pengasingan, Juned menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan.  Juned juga berhasil mempersunting sepupu Uzun Hasan  dan memiliki Putra bernama Haidar. Kemudian Juned terbunuh pada saat mencoba merebut Sisilia[2].
            Haidar menggantikan ayahnya dalam memimpin Syafawi sebagai sebuah kekuatan politik dan militer. Dalam melanjutkan hubungan dengan Uzun Hasan tidak cukup sampai pernikahan ayahnya dengan Adik Uzun Hasan saja, bahkan Haidar menikahi salah satu putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini melahirkan  tiga orang putra Ali, Ibrahim dan Ismail[3]
           
 Kemenangan Ak Koyunlu tahun 1476 terhadap Kara Koyunlu memandang gerakan Syafawi  yang dipimpin Haidar sebagai rival politik bagi AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Karena itu ketika Syafawi  menyerang wilayah Sircassia dan Sirwan, AK Koyunlu malah mengirimkan bantuan militer untuk membantu Sirwan sehingga pasukan Syafawi  kalah dan Haedar terbunuh. Inilah mulanya perpecahan antara dua sekutu Syafawi dan Ak Koyunlu.
            Ali, putra Haidar dintuntut pasukannya untuk menuntut balas atas kematian Haidar. Tetapi Ya’kub, pemimpin Ak Koyunlu berhasil menangkap Ali bersama saudaranya Ibrahim dan Ismail serta ibunya di Fars selama empat setengah tahun (1489-1493). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota AK Koyunlu, dengan syarat mau membantu membebaskan sepupunya. Ali kembali ke Ardabil setelah saudara sepupu Rustam dikalahkan. Namun selanjutnya Rustam berbalik memusuhi Ali bersaudara yang menyebabkan kematian Ali (1494) dan digantikan oleh adiknya Ismail, Ismail naik menggantikannya meski baru tujuh tahun. Ia menyiapkan pasukannya yang dinamai Qizilbas h (Baret Merah) yang dibentuk oleh ayahnya Haidar.
            Di bawah pimpinan Ismail pada tahun 1501 M berhasil mengalahkan Ak-Konyulu di Sharur dan berhasil merebut ibu kotanya yaitu Tabriz dan di tempat itu dia memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi (disebut Ismail I). Ismail I berkuasa selama 23 tahun. Dalam waktu 10 tahun Ismail sudah mampu memperluas kekuasannya hingga seluruh Persia.
            Ismail digantikan oleh anaknya Tahmasp I , Tahmasp merupakan pengganti Ismail yang memang sudah dipersiapkan dan diunggulkan dari saudara-saudaranya, karena beliau adalah putra tertua bahkan beliau naik tahta pada hari yang sama saat ayahnya Isma’il I mangkat, padahal saat itu  Tahmasp masih berumur sepuluh tahun[4].
            Tahmasp memerintah selama  52 tahun,  menjelang wafatnya Tahmasp mengalami sakit keras, pada masa ini pasukan Qizilbas h terpecah menjadi dua kubu, satu diantaranya kelompok yang memihak Ismail Mirza dan lainnya memihak kepada Haidar Mirza. Dalam hal ini Tahmasp memilih Haidar Mirza putra ke tiganya sebaga calon penggantinya. Namun Ismail melakukan penolakan dan perlawanan pada saat penobatan Haidar  menjadi khalifah(Syah) hingga akhirnya Haidar terbunuh, dan Isma’il naik Tahta dengan gelar Isma’il II.
            Setelah setahun menjabat , Isma’il wafat dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda Putra pertama Tahmasp I atas penunjukan para pejabat Negara. Khudabanda menjabat lebih kurang sepuluh tahun lamanya, kemudian digantikan oleh Syah Abbas I. Syah Abbas I memerintah selama kurang lebih 41 tahun, selama pemerintahannya, Syafawi  berada pada tatanan yang penuh dengan kemajuan, perbaikan urusan administrasi, diplomasi luar negeri dan lain-lain
            Sebelum Abbas I, Persaingan antara Syafawi  dengan Turki Usmani selalu terjadi, ditandai dengan perang yang berkepanjangan, peperangan dimulai sejak kepemimpinan Ismail I (1501-1524 M), lalu Tahmasp I (1524-1576 M), Isma’il (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587) Akhirnya, Abbas I (1588-1628 M) melakukan perjanjian dengan Turki Usmani sehingga mengakhiri perang yang biasanya terjadi.Secara umum di Zaman Syah Abas I terjadi stabilitas Negara dan Perdamaian dengan Turki Usmani  dan dinasti Moghul.[5]

Kepemimpinan Dinasti Safawi.
Berikut urutan syah atau pemimpin Dinasti Syafawi yang dapat kami kutip[6]:
Ismail I (1501-1524 M),
Tahmasp I (1524-1576 M),
Isma’il II(1576-1577 M)
Muhammad Khudabanda (1578-1587 M)
Abbas I (1588-1628 M).
Safi Mirza (1628-1642 M)
Abbas II (1642-1667 M)
Sulaiman (1667-1694 M)
Husain (1694-1722 M)
Tahmasp II (1722-1732 M)
Abbas III (1733-1736 M).


Kemajuan di massa Dinasti Safawi.
Dinasti Syafawi dalam sejarahnya memiliki berbagai kemajuan dalam berbagai bidang di antara beberapa pemimpinnya,dan mencapai puncak keemasan pada waktu pemerintahan Syah Abbas I selama periode 1588-1628 M dan menjadikan Syafawi seimbang dengan Kearajaan Turki Odmani :
Kemajuan dalam bidang Politik.
Tentara Qizilbas  yang pernah menjadi tulang punggung dinasti Shafawi yang besar, seiring waktu tidak terlalu berpengaruh dalam bidang pertahanan dan keamanan, melainkan hanya menjadi semacam tentara nonreguler yang tidak bisa diharapkan lagi untuk menopang citra politik syah yang besar. Untuk itu dibangun suatu angkatan bersenjata reguler. Inti satuan militer ini direkrutnya dari bekas tawanan perang bekas orang-orang Kristen di Georgia dan Circhasia yang sudah mulai dibawa ke Persia sejak Syah Tahmasab (1524-1576 M), mereka diberi gelar “Ghulam”. Mereka dibina dengan pendidikan militer yang militan dan dipersenjatai secara modern. Sebagai pimpinannya, Syah Abbas mengangkat Allahwardi Khan, salah seorang dari Ghulam itu sendiri
Secara administrasi, struktur organisasi pemerintahan Syafawi  secara horizontal didasarkan pada garis kesukuan/kedaerahan. Dan secara vertical mencakup dua jenis, yaitu Istana dan Sekretariat Negara
Dalam hal kesukuan, Qizilbasy (suku Turki) merupakan bangsawan Militer, Qizilbasy mendapat posisi strategis hingga masa Muhammad Khdabanda (berakhir pada 1587 M). Suku Tajik memegang posisi di kementrian dan Sekretariat Negara (sebagai dewan Amir yang meliputi Amir, wazir, sejarawan istana, sekretaris pribadi syah, dan kepala intelijen), akuntan, pegawai administrasi, pengumpul pajak dan administrasi keuangan, dan suku Persia menjabat sebagai Sadr (ketua Lembaga Agama)[7]
Kemajuan dalam bidang Ekonomi.
Dalam bidang ekonomi terjadi perkembangan ekonomi yang pesat setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan nama pelabuhan “Gumrun” akhirnya diubah menjadi Bandar Abbas.
Sebagai pelabuhan utama wilayah ini mampu menjamin kehidupan perekonomian Safawi. Hal ini dikarenakan bandar tersebut merupakan salah satu jalur dagang yang strategis antara timur dan barat yang biasanya menjadi daerah perebutan belanda Inggris dan Prancis.
Selain itu Safawi juga mengalami kemajuan sektor pertanian terutama di daerah Bulan sabit subur (fortile crescent). Dalam masa ini juga masyarakat sudah banyak malakukan budaya wakaf bagi harta-hartanya kepada ummat[8]
Kemajuan dalam bidang IPTEK.
Salah satu keunggulan dinasti Syafawi dibandingkan dengan Turki Usmani adalah dibidang Ilmu pengetahuan, Syafawi  lebih menonjol daripada Dinasti Turki Usmani, khususnya ilmu filsafat yang berkembang amat pesat. Dalam bidang pendidikan terutama untuk perkembangan mazhab Syi’ah didirikan sekolah teologi serta pusat kajian Syi’ah di tiga kota, yaitu : Qum, Najaf, Masyhad.[9]
Kemajuan dalam bidang Sosial kemasyarakatan.
Pada zaman Khudabanda,ada kemajuan yakni adanya bangunan baru berupa 48 perguruan dan beberapa pemandian yang di bangun.dan kemudian Tahmasp ISyah Abbas berhasil membuat syafawi menjadi makmur dan terhindar dari berbagai perang.
Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi.
Di balik keemasaan dan kemajuan Dinasti Syafawi,ternyata kerajaan ini juga mempunyai berbagai kemunduran yang menyebabkan kehancuran dinasti ini.kehancuran ini di mulai sejak sepeninggalan Abbas I,dan para penggantinya.
Banayak faktor yang mempengaruhi kehancuran dinasti ini,salah satunya adalah peperanagan dan perebutan kekuasaan di dalam kerajaan sendiri,selain itu juga disebabkan karena lemahnya kekuatan yang dari berbagai pemimpin penerus Abbas I,Salah satunya adalah cucu dari Abbas I yaitu Safi Mirza,kelemahannya adalah dengan sifatnya yang sangat kejam karena dia seorang yang pecemburu,pada saat pemerintahannya lah Qandahara lepas dari kekuasaan Syafawi yang di rebut oleh kerajaan Mughal yang di pimpin oleh Syeh Jihan dan Baghdad yang di rebut oleh kerajaan Usmani[10].


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan.
Dari berbagai tulisan atau bahasan yang kami tulis,kami akan mencoba menyimpulkan berbagai hal yang menurut kami penting:
Nama Syafawi  dinisbatkan kepada tarekat Syafawi yah yang didirikan oleh Syekh Safiuddin Ishaq (1252-1335M) di masa dinasti Ilkhan
 Kepemimpinan tarikat berlangsung secara turun temurun mengikut garis keturunan
Pemimpin kerajaan Syafawi  disebut Syah
Isma’l sebagai Pimpinan tarekat sekaligus sebagai Syah pertama
Kmundutan Dinasti Syafawi di mulai dengan meninggalanya Abbas I dan di gantikan cucunya Safi Mirza yang sejak itu dan seterusnya dinasti ini mulai melemah yang berakibat hialangnya wilayah di tangan para saingan seperti hilangya Baghdad yang jatuh di tangan Turki Usmani.
Perluasan Wilayah
Sebelah Utara                       : Transxsosani
Sebelah Selatan                     : Teluk Persia
Timur sampai Barat               : Sungai Eufrat
Syafawi   yang merupakan rival bagi kerajaan Turki Usmani tetap diakui sebagai sebuah kerajaan yang besar, hal ini dibuktikan dengan adanya kesepakatan damai yang terjadi pada masa Abbas I  dengan Turki Usmani, ini mengindikasikan bahwa Syafawi  memang diakui keberadaannya dari Turki Usmani yang memang dari segi waktu muncul lebih dahulu.
Saran.
Kami menyadari ada bebrbagai kekurangan dalam pembuatan karya tulis ini,utnuk itu saran dari berbagai pihak snagat kami harapakan untuk karya tulis yang lebih baik lagi di masa mendataang.


DAFTAR PUSTAKA


Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung, Pustaka Islamika, 2008)
 Dicky Avellli A, Makalah Tiga Dinast
MS Rizqi, Dinasti-dinasti kecil Persia(http://msrizqi.blogspot.com/2009/04/dinasti-dinasti-kecil-persia.html)
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam (Jakarta, Raja Grafindo Persada,2006)
Saeful Anwar,Peradaaban Islam Masa Dinasti Syafawi Persia1501-1736 M,(http://file.upi.edu /Direktori/ B-FPIPS/MKDU/198111092005011-)




[1] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam (Bandung, Pustaka Islamika, 2008)
[2] Dicky Avellli A, Makalah Tiga Dinasti
[3] MS Rizqi, Dinasti-dinasti kecil Persia(http://msrizqi.blogspot.com/2009/04/dinasti-dinasti-kecil-persia.html)

[4]  Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam (Jakarta, Raja Grafindo Persada,2006) hal 138

[5] Dicky Avellli A, Op cit
[6] Saeful Anwar,Peradaaban Islam Masa Dinasti Syafawi Persia1501-1736 M,(http://file.upi.edu /Direktori/ B-FPIPS/MKDU/198111092005011-)
[7] Saeful Anwar,Peradaaban Islam Masa Dinasti Syafawi Persia1501-1736 M,(http://file.upi.edu /Direktori/ B-FPIPS/MKDU/198111092005011-)
[8] Saeful Anwar,Op Cit
[9] Saeful Anwar, Lok cit
[10] kemunduran-tiga-kerajaan-besar-utsmani-safawi-dan-mughal/
http://initialdastroboy.wordpress.com/2010/04/15/kemunduran-tiga-kerajaan-besar-utsmani-safawi-dan-mughal/

Konflik Sosial



MAKALAH
KONFLIK SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
INSTITUT K.H. ABDUL CHALIM
Tahun 2016


ABSTRAK


            Dalam penciptaannya, Tuhan selalu memperhitungkan tentang kesetaraan,keseimbangan,dan kesinambungan. Seperti filosofi warna pelangi, kita tidak dapat memilih sebuah warna apa yang kita senangi, seperti halnya kecondongan memilih sebuah warna dari beberapa warna pelangi.
            Hitam putih warna kehidupan tak selayaknya dijadikan sebuah pertentangan, selayaknya kutipan dalam agama Islam “persamaan itu nikmat,perbedaan itu rahmat”.
            Tak perlu mempermasalahkan kenapa hitam dikorelasikan sebagai keburukan,dan putih dikorelasikan sebagai sebuah kebaikan. Namun, menarik tali moderat yang menjadikan warna abu-abu, tak memihak. Menjadikannya sebagai keberagaman dan proses pembelajaran.
              Seperti yang telah dicetuskan oleh seorang filosof besar bernama Hegel, dia menarik sebuah rumus “thesys + anti thesys = synthesis” yang menjadikannya Dialektika.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang     

Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial. Di dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak, tujuan dan sebagainya.
Konflik sangat wajar terjadi dalam masyarakat. Bahkan tidak ada satu pun masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik. Setiap masyarakat pasti mengalami konflik, baik dalam cakupan kecil maupun berskala besar. Dengan ini kelompok kami akan menggambarkan lebih jelas apa dan bagaimana konflik sosial itu terjadi dalam masyarakat.

1.2    Rumusan Masalah

a.       Apa pengartian dari Konflik sosial?
b.      Apa saja faktor penyebab terjadinya konflik?
c.       Apa saja macam-macam konflik dalam masyarakat?
d.      Apakah dampak dari adanya konflik?
e.       Bagaimana cara mengatasi konflik yang terjadi dalam masyarakat?

1.3    Tujuan penelitian

a.       Untuk mengetahui apa yang dimaksud konflik sosial.
b.      Untuk mengetahui apasaja penyebab terjadinya konflik.
c.       Menjelaskan tentang macam-macam konflik yang terjadi dalam masyarakat.
d.      Mengetahui dampak positif dan negatif dari adanya konflik.
e.       Menjelaskan cara mengatasi konflik yang terjadi dalam masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN


2.1    Pengertian Konflik Sosial

Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan[1].
Konflik juga banyak didefinisikan oleh para ahli antara lain sebagai berikut :
a.       Menurut Soerjono Soekanto
Pengertian konflik menurut soerjono soekanto adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan disertai ancaman dan kekerasan
b.       Menurut Gillin dan Gillin
Pengertian konflik menurut gillin dan gillin adalah bagian dari proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi, kebudayaan, dan perilaku.
c.        Menurut Robert M. Z. Lawang
Pengertian konflik menurut Robert M.Z. Lawang adalah sebuah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti, nilai, status, kekuasaan dan sebagainya.
d.       Menurut De Moor
Pengertian konflik menurut de moor adalah konflik yang terjadi ika para anggotanya secara besar- besaran membiarkan diri dibimbing oleh tujuan (nilai) yang bertentangan.


e.        Menurut Lewis A. Coser
Pengertian konflik menurut Lewis A. Coser adalah sebuah perjuangan mengenai nilai-nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, bermaksud untuk menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.
f.        Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1997)
Pengertian konflik menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis adalah warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontraversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.

2.2    Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik

Para sosiolog berpendapat bahwa akar dari timbulnya konflik adalah hubungan sosial, ekonomi, politik yang akarnya adalah perebutan atas  sumber-sumber kepemilikan, status sosial dan kekuasaan yang jumlah ketersediaannya yang sangat terbatas dengan pembagian yang tidak merata di masyarakat.2 ketidak merataan pembagian aset-aset sosial dalam masyarakat dianggap sebagai bentuk ketimpangan. Ketimpangan pembagian ini menimbulkan pihak-pihak tertentu berjuang mendapatkannya atau menambahinya bagi yang memperoleh aset sosial yang relatif sedikit atau kecil.
Pada dasarnya,penyebab konflik secara sederhana dibagi menjadi dua, yaitu[2] :
a.       Kemajemukan horizontal
Artinya struktur masyarakat yang majemuk secara kultur, seperti suku bangsa, agama, ras dan majemuk sosial dalam arti perbedaan pekerjaan dan profesi seperti petani, buruh, pedagang, pengusaha, pegawai negeri, militer, wartawan, alim ulama, cendikiawan. Kemajemukan horizontal-kultural yang masing-masing unsur kultural tersebut mempunya karakteristik sendiri dan masing-masing penghayat tersebut ingin mempertahankan karakteristik budaya nya tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya seperti ini, jika belum ada konsensur nilai yang emnjadi pegangan bersama,konflik yang terjadi akan menimbulkan perang saudara.
b.      Kemajemukan vertikal
Yaitu struktur masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kekayaan,pendidikan dan kekuasaan. Kemajemukan vertikal dapat menyebabkan konflik sosial karena ada sekelompok kecil masyarakat yang memiliki kekayaan,pendidikan,kekuasaan dan kewenangan yang besar, sedangkan sebagian besar tidak atau bahkan kurang memiliki, pendidikan yang rendah dan tidak memiliki kewenangan dan kekuasaan. Pembagian masyarakat seperti ini meruapakan benih subur terjadinya konflik.
c.    Pendapat lain
                                           i.          Perbedaan individu
Perbedaan pendirian dan perasaan.
                                         ii.          Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda-beda pula. Seseorang akan terpengaruh oleh pendirian dan pola kelompoknya.
                                       iii.          Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok baik dalam bidang ekonomi,politik dan juga sosial.
                                       iv.          Terjadi perubahan nilai yang cepat dalam masyarakat[3].


2.3    Macam-Macam Konflik Sosial

Terdapat berbagai macam konflik yang dikelompokkan dalam berbagai jenis antara lain sebagai berikut :
a.    Macam-Macam konflik berdasarkan pihak yang terlibat didalamnya.
                                           i.        Konflik dari dalam individu ( conflik within individual )
Adalah konflik yang terjadi karena memilih tujuan yang saling bertentangan,atau karena tuntutan tugas yang terlampau banyak ditinggalkan.
                                         ii.        Konflik antar-individu ( conflik among individual )
Adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan indivisu yang lainnya.
                                       iii.        Konflik antar individu dan kelompok ( conflik among individual and groups )
Adalah konflik yang terjadi karena adanya individu yang gagal beradaptasi dengan norma-norma kelompok dimana ia bekerja.
                                       iv.        Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflik among groups in the same organization)
Adalah konflik yang terjadi karena setiap kelompok memiliki tujuan tersendiri dan berbeda yang ingin di capai.
                                         v.        Konflik antar organisasi ( conflik among organization )
Adalah konflik yang terjadi karena tindakan yang dilakukan anggota organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lain.


b.   Macam-Macam Konflik Berdasarkan Fungsinnya.
                                           i.          Konflik konstruktif
Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu konsensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi
                                         ii.          Konflik destruktif
Adalah konflik yang memiliki nilai negatif terhadap pengembangan organisasi. Konflik Destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrokan-bentrokan fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso, Ambon, Kupang, Sambas, dan lain sebagainya.
c.    Macam-Macam Konflik Berdasarkan Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi.
                                           i.          Konflik vertikal
        Adalah konflik antar komponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan dan bawahan dalam sebuah kantor.
                                         ii.          Konflik horizontal
        Adalah konflik yang terjadi karena memiliki jabatan atau kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Contohnya, konflik yang terjadi antar organisasi massa.


                                       iii.          Konflik diagonal
        Adalah konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya keseluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim.
                                       iv.          Konflik garis-staf
        Adalah konflik yang terjadi karyawan yang memegang komando,dengan pejabat staf sebagai penasihat dalam organisasi.
                                         v.          Konflik peran
        Adalah konflik yang terjadi karena individu yang memiliki peran lebih dari satu.

d.    Macam-Macam Konflik Berdasarkan Dampak Yang Timbul
                                           i.          Konflik fungsional, adalah konflik yang memberikan manfaat atau keuntungan bagi organisasi yang dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik.
                                         ii.          Konflik Infungsional, adalah konflik yang dampaknya merugikan orang lain.

e.    Macam-Macam Konflik Berdasarkan Sumber Konflik
                                           i.          Konflik tujuan
Adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan individu, organisasi atau kelompok yang memunculkan konflik
                                         ii.          Konflik peranan
Adalah konflik yang terjadi karena terdapat peran yang lebih dari satu.
                                       iii.          Konflik nilai
Adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan nilai yang dianut oleh seseorang berbeda dengan nilai yang dianut oleh organisasi atau kelompok.
                                       iv.          Konflik kebijakan
Adalah konflik yang terjadi karena individu atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang diambil oleh organisasi.
f.     Macam-Macam Konflik Berdasarkan Bentuknya
                                           i.          Konflik realistis
adalah konflik yang terjadi karena kekecewaan individu atau kelompok atas tuntutannya.
                                         ii.          Konflik nonrealistif
Adalah konflik yang terjadi karena kebutuhan yang meredakan ketegangan.
g.    Macam-Macam Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya
                                           i.          Konflik in-group
Adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri
                                         ii.          Konflik out-group
Adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat dengan suatu kelompok atau masyarakat lain.
h.   Macam-Macam Konflik Berdasarkan Pendapat Dahrendorf
                                           i.          Konflik dalam peran sosial
Seperti antara peran seseorang dalam keluarga dan peran dalam pekerjaan (profesi).
                                         ii.          Konflik antara kelompok-kelompok sosial,
                                       iii.          Konflik antara kelompok yang terorgansiasi dengan kelompok yang tidak terorganisasi,
                                       iv.          Konflik antara satuan nasional, seperti konflik antara KPK dan Porli dalam menangani kasus tertentu.
                                          v.          Konflik antarnegara atau antara negara dan organisasi internasional.


2.4    Dampak Konflik

Konflik tidak hanya memberikan hasil yang berakibat negatif bagi masyarakat, namun konflik juga memberika dampak yang berakibat positif yang bermanfaat bagi masyarakat. Macam-macam dampak positif dan negatif konflik adalah sebagai berikut.[4]
a.         Dampak Positif Konflik
                                          i.            Adanya yang memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas dipelajari
                                        ii.            Adanya penyesuaian kembali norma dan nilai yang diserta dengan hubungan sosial dalam kelompok yang bersangkutan.
                                       iii.            Jalan untuk mengurangi ketegangan antarindividu dan antarkelompok
                                      iv.            Untuk mengurangi atau menekan adanya pertentangan yang terjadi dalam masyarakat
                                        v.            Membantu menghidupkan kembali norma lama dan menciptakan norma baru.
b.       Dampak Negatif Konflik
                                          i.            Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
                                        ii.            Keretakan hubungan antar anggota kelompok, seperti akibat konflik antarsuku
                                       iii.            Menimbulkan perubahan kebribadian pada individu, seperti adanya rasa benci dan saling curiga akibat perang
                                      iv.            Adanya kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia
                                        v.            Terdapat domoniasi, juga penaklukan, yang terjadi pada salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

2.5    Upaya Penyelesaian Konflik

Secara sosiologi, proses sosial dapat berbentuk proses sosial yang bersifat menggabungkan (associative processes)dan proses sosial yang menceraikan (dissociative processes). Proses sosial asosiatif diarahkan pada terwujudnya nilai-nilai seperti keadilan sosial,cinta kasih sayang,kerukunan, solideritas. Sebaliknya proses sosial yang bersifat disosiatif mengarah pada nilai-nilai negatif atau asosial, seperti kebencian, permusuhan, egoisme, kesombongan, pertentangan, perpecahan, dan sebagainya[5].
Adapun bentuk penyelesaian konflik yang lazim dipakai adalah koonsiliasi,mediasi,arbitrasi,koersi (paksaan) dan detente. Urutan ini berdasarkan orang menyelesaikan masalah.
a.       Konsiliasi
Pemcehan konflik dengan cara mempertemukan kedua belah pihak yang berkonflik.
b.      Adjudikasi
Penyelesaian konflik dengan melalui peradilan
c.       Segregasi
Pemecahan konflik dengan cara kedua belah pihak yang berkonflik saling memisahkan diri atau menghindar satu sama lain.
d.      Mediasi
Penyelesaian dengan memunculkan pihak lain yaitu pihak ketiga,dari kedua belah pihak yang berkonflik sebagai pihak yang menengahi pihak lain dan bersifat netral.
e.       Toleransi
Konflik dapat terasi dan dapat di cegah dengan cara menjunjung tinggi sikap toleransi,yakni sifat saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
f.       Konversi
Cara lain mengatasi konflik adalah konversi,yakni salah satu dari pihak yang berkonflik saling mengalah,tapi jalan ini memerlukan pemikiran yang jernih dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah.

BAB III

PENUTUP


3.1.   Kesimpulan

Berdasarkan pengertian konflik yang sudah dijelaskan,dapat dipahami bahwa konflik adalah sebuah pertentangan dari dua pihak yang berselisih paham dan kepentingan. Pihak yang terlibat konflik beraneka ragam,ada konflik yang melibatkan antar individu, antar kelompok seperti konflik tawuran antar mahasiswa, individu dengan kelompok, seperti seorang penjahat dengan pihak kemanan. Sumber konflik itu sendiri bisa berasal dari dalam kelompok sendiri (In group), dan ada pula sumber yang berasal dari luar kelompok (Out grup)
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya Konflik, seperti,Kemajemukan horizontal (kemajemukan kultur atau budaya),  kemajemumkan vertikal (kemajemukan berdasarkan struktur sosial), adanaya perbedaan pendapat antar dua pihak, kepentingan dan tujuan yang berbeda.
Sifat konflik ada yang bersifat konsrtuktif yang memberi hasil positf dari timbulnya konflik,  ada pula yang bersifat destruktif dan mengahasilkan dampak negatif dari timbulnya konflik.
Ada berbagai macam cara untuk menghindari dan menyelesaikan konflik antara lain, dengan cara saling menghormati antar kelompok atau individu (Toleransi), mempertemukan kedua pihak yang berkonflik (Konsiliasi), melalui peradilan (Adjudikasi), saling memisahkan diri (Segregasi), dan penyelesain konflik melalui jalan mediasi.


DAFTAR PUSTAKA

Klik (X) 2 kali tuk menutup
Baca juga:
Cara menghilangkan jerawatDukung kami dengan ngelike fanspage×Beni, Ahmad Saebani. 2016. Prospektif Perubahan Sosial. Bandung: CV.Pustaka Sosial.
Elly M, dkk. 2016. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Prenamedia Group.
Soekamto,Soerjono.2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Pruitt, Dean G. Dan Rubin,Jefferyz. 2004. Teori Konflik Sosial. Jakarta: Pustaka Pelajar.


[1] Beni, Ahmad Saebani. Prospektif Perubahan Sosial. (Bandung: CV.Pustaka Setia:2016).hlm207.
[2] Ibid,hlm.210.
[3] Elly M, dkk. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Prenamedia Group: 2016
[4] Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005).hlm.70.
[5] Pruitt, Dean G. Dan Rubin,Jefferyz.. Teori Konflik Sosial. (Jakarta: Pustaka Pelajar : 2004)